About Author

Follow us on Facebook

Perkembangan Teknologi Sabo di Indonesia


I.   BENCANA ALAM

Secara geografis Indonesia merupakan wilayah pertemuan 3 buah lempeng yaitu Indo-australia, Eurasia dan Pasifik serta dilalui oleh jalur Pacific Ring of Fire yang merupakan zona teraktif dengan deretan gunung berapi aktif di dunia. Cincin api Pasifik atau lingkaran api Pasifik itu merupakan daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 kilometer dan sering pula disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.


Indonesia dikepung tiga lempeng tektonik dunia dan berada di jalur Pacific Ring Of Fire

Peta persebaran gunung api di Indonesia

Dengan kondisi geografis tersebut ditambah dengan iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim menempatkan negara kita di posisi yang rentan terhadap serangan bencana alam seperti banjir, kekeringan, letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir lahar, aliran debris, serta tanah longsor. Bencana - bencana alam di atas dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dan infrastruktur, kerugian harta benda serta korban jiwa dan luka-luka.


Untuk menganggulangi potensi bencana di Indonesia maka diperlukan teknologi penanggulangan bencana. Salah satunya Teknologi Sabo untuk mengatasi bencana banjir lahar, aliran debris, dan gerakan tanah.



A.  Bencana Letusan Gunung Berapi

Gunung Agung, 1963 
  Volume letusan 300.106m3
  

Gunung Merapi, 1969   
Volume letusan 22.106m3


Gunung Galunggung, 1982
Volume letusan 53.106m3

B.  Bencana Lahar

Lahar panas Gunung Semeru
Kali Besuk, 15 Juli 1988

Banjir lahar Gunung Merapi
Jurang Juro, 28 Nov 1985

Rumah tergenang lahar Gunung Galunggung 
1982

C.  Bencana Sedimen di Daerah Non Gunung Berapi

Longsoran bukit di Sungai Citanduy
1989

Landslide di Puncak Jabar  
1989

Longsoran Kaldera Gunung Bawa Karaeng
 2004


II.   TEKNOLOGI SABO

      Pengertian harfiah kata "Sabo" berasal dari bahasa Jepang. Yaitu asal kata "sa" berarti pasir, dan "bo" yang artinya pengendalian. Sabo Dam awalnya dibangun dengan tujuan menanggulangi bencana sedimen akibat aliran debris dari letusan gunung berapi. Namun dalam perkembangannya, Sabo Dam memiliki manfaat antara lain :

  1. Pengendalian daya rusak air
  2. Penanggulangan bahaya erosi
  3. Konservasi SDA
  4. Pelestarian lingkungan
  5. Pengambilan air
  6. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
  7. Penyeberangan
  8. Jembatan
Sayap Bendung Pengendali Dasar Sungai dimanfaatkan untuk Fondasi Jembatan
Bendung Penahan Sedimen di Kali Kuning dimanfaatkan untuk Pengambilan Air Irigasi

Sabo Dam di Kali Jari daerah Gunung Kelud dimanfaatkan untuk PLTM
Bendung Penahan Sedimen di Kali Boyong, Gunung Merapi dimanfaatkan untuk penyeberangan

A.  Sejarah Teknologi Sabo di Indonesia

  • 1969 Pembentukan proyek penangulangan Gunung Merapi, Gunung Kelud dan Gunung Agung
  • 1977 Proyek Gunung Semeru 
  • 1982 Proyek Gunung Galunggung
  • 1982 Dibentuk VSTC (dengan bantuan JICA) dengan tujuan meningkatkan kemampuan para teknisi Indonesia dibidang Sabo
  • 1986 Pembentukan Balai Sabo
  • 1990-an Proyek-proyek pengembangan wil Sungai dan proyek pengamanan sungai (daerah non vulkanik) mulai membangun check dam 
  • Feb 1992 VSTC diubah menjadi STC dengan tujuan peningkatan pelatihan Sabo dari negara berkembang 
  • Maret 2004 Disepakati kegiatan “Integrated Sedimen related Disaster Management (ISDM)” antara Pemerintah Indonesia dengan JICA. ISDM berorientasi : Sabo tidak hanya untuk pengamanan manusia dan harta benda tapi juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain (multi purpose) Penanganan bencana sedimen tidak terbatas pada metode struktur tetapi juga mencakup non struktur termasuk “pemberdayaan masyarakat”

B.  Jenis Bangunan Sabo

1. Chek Dam (Sabo Dam)
Fungsi :
· Menurunkan/memperkecil kemiringan sungai
· Menampung material dasar sungai
· Melindungi tebing sungai dari proses erosi
  
Cek Dam Kali Semut
Cek Dam Kali Boyong

2. Sand Pocket (Kantong Pasir)
Fungsi :
·  Menangkap aliran sedimen dan  mencegah limpasan sedimen dari daerah kipas
alluvial ke sekitarnya (dikombinasi dengan bangunan tanggul)
Kantong Lahar Kali Batang
Kantong Lahar Kali Putih di Srubung

3. Tipe Consolidation Dam
Fungsi :
· Untuk pengamanan bangunan sungai yang vital misalnya jembatan
Jembatan Krasak di Tempel

4. Ground Sill
Fungsi :
· Untuk mencegah penurunan dasar sungai
Kali Bebeng, Gunung Merapi


Perkembangan Teknologi Sabo di Indonesia Perkembangan Teknologi Sabo di Indonesia Reviewed by Unknown on 10:07 PM Rating: 5

No comments:

Ads

Ad Banner
Powered by Blogger.